Thursday, December 10, 2009

MEDITASI KATOLIK

Era Meditasi
Kelompok-kelompok meditasi sedang marak di Jakarta. Orang-orang berbondong-bondong mencari penyegaran batin dan fisik lewat praktik-praktik yoga, meditasi transendental, crystal healing, terapi aroma, dan lain-lain. Pencapaian gelombang alpha (gelombang pada frekuensi rendah) pada otak memang membuat kecanduan. Stress berkurang. Pikiran menjadi lebih jernih. Badan pun terasa lebih segar. Produktivitas meningkat.

Fenomena-fenomena seperti yang ditemukan di Jakarta sebenarnya sudah menjadi salah satu kultur global. Dokumen Vatikan yang berjudul “Yesus Kristus, Pengemban Air Hidup – Refleksi Kristiani atas ‘New Age’”, mensinyalir adanya pergeseran fundamental cara pandang orang dewasa ini terhadap kehidupan:

Dari fisika mekanistik Newtonian kepada fisika quantum;
Dari pengagungan rasio modernitas kepada penghargaan atas perasaan, emosi, dan pengalaman (sering dipaparkan sebagai pergeseran dari ‘otak kiri’ – pemikiran rasional kepada ‘otak kanan’ – pemikiran intuitif);
Dari dominasi maskulinitas dan patriarki kepada suatu perayaan femininitas, di dalam diri individu maupun dalam masyarakat.
Harus diakui bahwa praktik-praktik new age memang dapat membawa kesegaran lahir-batin, bahkan perbaikan kehidupan moral. Akan tetapi, praktik-praktik aquarian yang ditawarkan mereka itu belumlah cukup. Pada tingkatan tertentu, spiritualitas mereka harus ditinjau secara kritis. Di balik gerakan-gerakan new age ada sinkretisasi (pencampur-adukan) unsur-unsur esoterik (ketertarikan pada paham-paham misterius dan yang berbau klenik) dan sekular. Sinkretisasi ini mengarah pada pengagungan berlebihan pada pribadi manusia dan kapasitasnya. Pada tahapan pengagungan ini diyakini manusia dapat memperoleh kuasa ilahi dengan usahanya sendiri. Setiap manusia punya potensi untuk menjadi ‘allah’ ketika mereka menyatukan kesadarannya (atau menyamakan getaran mereka) dengan getaran alam semesta.
Paham new age tentang manusia secara implisit menyatakan sikap mereka tentang Allah. Bagi aliran ini, Allah ialah “prinsip hidup non-personal”, “semangat atau roh yang meresapi alam semesta”. Allah bukanlah pribadi, melainkan akumulasi dari kesadaran-kesadaran yang meresapi segalanya. Meditasi dan segala olah batin diarahkan kepada penyatuan dan harmonisasi dengan kesadaran universal tersebut.

Hati-hati Memilih Metode Meditasi
Kalau saya katakan “meditasi itu kebutuhan”, jelaslah yang saya maksudkan bukanlah meditasi ala new age. Meditasi Katolik sama sekali berbeda dengan meditasi semacam itu. Cara duduk dan metode pemusatan boleh mirip. Akan tetapi, spiritualitas dan tujuannya sama sekali berbeda. Meditasi ala new age diklaim tidak saja membawa manusia kepada kesegaran jiwa-raga, tetapi mengarahkan manusia pada pencerahan, yang membuatnya setara dengan manusia-manusia utama yang pernah hidup. Yesus dari Nasareth diakui sebagai salah satu saja dari manusia-manusia tersebut. Dengan kata lain, new age menegaskan bahwa setiap manusia bisa menjadi ‘Mesias’, ‘Budha’, atau ‘Avatar’ yang lain. Ada pun, meditasi Katolik mengarah pada persatuan dengan Allah lewat jalan penyerahan diri dan kerendahan hati. Meditasi Katolik selalu sekaligus adalah doa.
Di dalam meditasi Katolik terkandung suatu kesadaran bahwa Allahlah yang terlebih dahulu mengasihi manusia. Dia lebih rindu untuk mencari manusia daripada manusia rindu mencari Dia. Pemusatan batin dan meditasi diarahkan untuk persiapan kepada doa yang lebih mendalam, yakni kontemplasi. Allah rindu mencari manusia dan berkomunikasi dengannya. Pada tahapan doa yang paling dalam, manusia betul-betul berjumpa dan bersatu di dalam Dia, sehingga tidak ada lagi kata-kata. Pikiran Allah menjadi pikiranku. Kehendak Allah menjadi kehendakku. Itulah kontemplasi ilahi. Itulah harta karun dan mutiara terpendam yang luar biasa berharganya.
Nilai luar biasa dari meditasi dan kontemplasi ilahi ini bisa dilihat dari buah-buahnya:

Dengan latihan-latihan ini orang sungguh-sungguh belajar menguasai badan, perasaan, dan pikiran. Dengan demikian, daya perhatian/konsentrasi diperbesar.
Penguasaan pikiran dan fantasi pada gilirannya akan memperbaiki ingatan, menggiatkan aktivitas intelektual, serta memperkuat kehendak.
Manfaat terbesarnya terdapat pada bidang rohani:
Hidupnya menjadi ilahi, sehingga apa yang dilakukannya menjadi semakin bernilai di mata Tuhan dan akan merupakan berkat yang besar bagi seluruh Gereja, bahkan umat manusia.
Dia sendiri juga akan dipenuhi dengan kebahagiaan yang mendalam. Dia akan bebas dari segala bentuk kekuatiran dan kerisauan dan lebih tahan menanggung segala beban dan salib kehidupan.
Budinya pun akan memperoleh terang ilahi yang lebih besar sehingga ia akan dapat lebih menyelami misteri Allah, baik yang terkandung dalam Alkitab, maupun yang nyata dari karya-karya Allah.
Kasih dan kebahagiaannya akan meluap keluar kepada orang-orang sekelilingnya.

Metode Meditasi Katolik
Meditasi ala new age berakar dari penghargaan berlebihan pada kemampuan manusia dan berujung pada pemberhalaan manusia. Saya tidak menemukan kata-kata yang cocok untuk mendeskripsikan aliran ini selain kata: “sombong”. Terang yang mereka tawarkan hanya akan membawa kepada kebutaan. Seperti kalau terlalu lama melihat terang yang menyilaukan, manusia akan buta. Kesombongan semacam ini amat lekat dengan kesombongan Lusifer, sang Malaikat Terang yang jatuh itu.
Meditasi Katolik bersumber dari kesadaran akan kelemahan manusiawi dan keterbukaan terhadap rahmat penebusan Kristus. Tujuan dari meditasi ini adalah persatuan dengan Allah. Bukan untuk menjadi Allah, melainkan supaya Allah dapat bekerja dengan bebas melalui anak-anak-Nya. Jika akar meditasi new age ialah kesombongan, dasar meditasi Katolik ialah kerendahan hati.
Ada beberapa metode meditasi Katolik yang sudah teruji. Antara lain: doa Yesus (dengan mengulang-ulangi nama Yesus) atau lectio divina (meditasi dengan menggunakan sarana Kitab Suci). Di bawah ini saya akan memberikan petunjuk untuk melakukan kedua bentuk meditasi ini:

Petunjuk praktis untuk Melakukan Doa Yesus
Ambillah sikap duduk yang baik, entah dengan bersila ataupun dengan dingklik. Yang penting punggung harus tegak. Kalau bersila, usahakan agar kedua lututmu menempel pada lantai. Sarana berupa bantal dapat dipakai di sini untuk mengganjal pantat. Mata dapat dipejamkan atau dibuka. Kalau dibuka arahkan kira-kira satu meter ke depan di lantai.
Tajamkan indera-inderamu. Mulailah dengan telinga. Arahkan pendengaranmu kepada suara-suara yang paling jauh sampai yang paling dekat, yang paling keras sampai yang paling sayup. Setelah itu bayangkan suara-suara itu mengalir seperti sungai. Demikian pula perasaan-perasaan yang menerpa kulitmu, entah itu gatal, dingin, panas, gesekan dengan baju. Rasakan juga debaran jantung dan denyut nadimu. Tajamkan perasaanmu lalu biarkan berlalu. Jangan diperhatikan. Lakukan hal yang sama untuk penciuman dan terakhir pikiranmu. Biarkan semua mengalir seperti sungai.
Di dalam meditasi jauh lebih sulit menolak pelanturan secara keras dibandingkan hanya sekedar membiarkan setiap pelanturan atau gangguan berupa suara-suara berlalu seperti sungai. Perbandingannya demikian, ketika kita sedang konsentrasi berbicara dengan orang lain di pasar, kita sadar bahwa di sekitar kita orang berlalu-lalang. Namun, mereka yang berlalu-lalang serta pembicaraan di sekitar anda tidak akan mengganggu pembicaraan anda. Demikian pula halnya dengan komunikasi dengan Allah. Biarkan yang lain itu berlalu-lalang, jangan diperhatikan.
Tariklah nafas panjang dan hembuskan secara perlahan. Lakukan sepelan dan selembut mungkin, tetapi jangan dipaksakan. Wajar dan rileks saja. Lalu, mulailah dengan menyebut nama Yesus dengan penuh iman dan cintakasih. Engkau dapat meritmekannya pada irama napasmu. Waktu tarik napas: Yeee, waktu keluar: susss. Atau boleh juga: Tuhannnn ––– Yesussss. Dapat pula: Tuhan Yesus Kristus ––– Putera Allah yang hidup ––– Kasihanilah aku ––– orang berdosa ini. Atau: Tuhan Yesus Kristus ––– kasihanilah aku.

Petunjuk praktis untuk Melakukan Lectio Divina
Ambillah suatu teks Kitab Suci yang sudah kaukenal dan kaupersiapkan sebelumnya. Lakukan lectio divina dalam 4 langkah:

Pertama: lectio atau bacaan. Bacalah penuh perhatian, perlahan-lahan. Bertanyalah: Apakah arti teks itu dalam konteksnya dan menurut konteks kebudayaan waktu itu?
Kedua: meditatio atau peresapan. Resap-resapkan teks atau kalimat tersebut, khususnya yang menyentuh hatimu. Engkau dapat bertanya: Apa yang dikatakan Tuhan kepadaku secara pribadi melalui teks ini? Apa jawabanku pribadi? Kemudian teks atau kalimat yang menyentuh hatimu itu dapat kauulang-ulangi sampai puas hatimu.
Ketiga: oratio atau doa. Berdasarkan teks tersebut bicaralah dengan Tuhan dari hati ke hati dan ungkapkan isi hatimu kepada-Nya. Ingatlah, dalam doa yang terpenting bukanlah banyak berpikir tentang Tuhan, melainkan banyak mencintai. Itulah pesan Santa Teresa Avila.
Keempat: contemplatio atau kontemplasi. Sesudah berbicara sejenak, belajarlah diam, mendengarkan Tuhan, sambil memandang dengan iman Dia yang hadir dalam dirimu atau di hadapanmu. Bila perhatianmu tidak dapat terpusat lagi pada Tuhan yang hadir, kembalilah ke langkah pertama dan mulai dengan teks atau ayat berikutnya. Proses itu diulangi seperti di atas sampai waktu yang ditentukan untuk doa telah selesai.
Penutup
Banyak orang yang mengaku sulit berkonsentrasi dalam meditasi. Itu hal yang wajar sebab meditasi itu latihan. Tidak ada orang yang langsung bisa masuk melompati masa latihan bermeditasi. Semakin seorang terlatih dalam meditasi, semakin siap ia masuk ke dalam keheningan lahir, batin, dan rohani. Karena itu, tidak perlu patah semangat kalau masih sulit masuk. Yang paling penting ialah usahamu untuk memberikan waktu kepada Tuhan.

Rm Georgius Paulus; penulis tetap di situs Carmelia.net

Banner Refferel


Wilayah Balaraja( Paroki Santa Odilia Citra Raya Cikupa Tangerang )

Your Ad Here